Selasa, 16 Oktober 2012

Makalah Metodologi Studi Islam


Kelompok 5
Ery Kurnia Khoeriyah
Evi Fitriawati
Wida Fitriadiningsih
MSI



BAB II
ISLAM SEBAGAI AGAMA

A.   Peran Agama Islam dalam Kehidupan
Membicarakan peran pada dasarnya membicarakan fungsi atau kegunaan. Dalam kajian ilmu-ilmu sosial terdapat teori struktural fungsional yang konsep dasarnya diperkenalkan oleh para filosof.
Emile Durkheim (1858-1917), ahli sosiologi dari Perancis, memperkenalkan masyarakat organis. Masyarakat organis bersifat inovatif dan kompleks. Agama, dalam pandangan Emil Durkheim, meliputi semua kehidupan dalam masyarakat pertama, tetapi tempatnya menjadi lebih terbatas dalam masyarakat kedua. (David E. Apter, 1988: 377)
Dalam rangka membuktikan peran agama Islam dalam kehidupan sosial, ada dua hal penting yang akan dibahas. Pertama, hubungan antara perintah bertauhid dan cegahan syirik dendan ilmu pengetahuan. Kedua, paradigma ilmu islami yang kini sedang digalakkan oleh banyak cendikiawan muslim.

1.     Hubungan Tauhid dengan Ilmu Pengetahuan
Dari segi unsur kebudayaan, agama merupakan universal cultural, artinya terdapat di setiap daerah kebudayaan di mana saja masyarakat dan kebudayaan itu berada. Salah satu prinsip teori fungsional menyatakan bahwa segala sesuatu yang tidak berfungsi akan lenyap dengan sendirinya. Dengan kata lain, setiap kebudayaan memiliki fungsi. Konsekuensinya, setiap yang tidak berfungsi akan hilang atau sirna. Karena sejak dulu hingga sekarang agama dengan tangguh menyatakan eksistensinya, berarti ia mempunyai dan memerankan sejumlah peran dan fungsi di masyarakat. (Djamari, 1993: 79)
Perintah yang sangat mendasar yang terdapat dalam ajaran Islam adalah mengesakan Tuhan dan cegahan melakukan tindakan syirik. Tauhid dan syirik adalah dua sisi yang tidak dapat dipisahkan, meskipun antara yang satu dengan yang lainnya sangat berbeda. Perintah mengesakan Tuhan mengandung arti bahwa manusia hanya boleh tunduk kepada Tuhan. Ia tidak boleh tunduk kepada selain-Nya karena ia adalah puncak ciptaan-Nya (Nurcholis Madjid, 1998: 18). Karena ia hanya boleh tunduk kepada Tuhan, manusia oleh Allah dijadikan sebagai khalifah. Karena manusia adalah khalifah bumi, maka alam selain manusia ditundukkan oleh Allah untuk manusia.
2.     Paradigma Ilmu-ilmu Islami
Sekarang ini kita dihadapkan pada ilmu Islam dan ilmu bukan Islam (ilmu agama dan ilmu non agama). Di Negara, perbedaan ini dapat dilihat dari istilah teknis yang dipakai: sekolah agama adalah sekolah-sekolah yang mengajarkan agama (istilah teknis yang dipakai adalah “madrasah”), sedangkan bagi sekolah-sekolah yang focus kajiannya pendidikan umum, istilah teknis yang digunakannya adalah “sekolah”. Jadi, di Indonesia antara sekolah dengan madrasah berbeda, padahal antara madrasah (bahasa Arab) dengan sekolah (bahasa Indonesia) hanya berbeda asal usul bahasa, yaitu satu bahasa Arab sedangkan yang satu lagi bahasa Indonesia.
Nurcholish Madjid (1998:3-4) menjelaskan tentang hubungan organik antara iman dan ilmu dalam Islam. Menurutnya, ilmu adalah hasil pelaksanaan perintah Tuhan untuk memperhatikan dan memahami alam rayaciptaan-Nya, sebagai manifestasi atau penyingkapan tabir akan rahasia-Nya. Antara iman dan ilmu tidak terpisahkan, meskipun dapat dibedakan. Dikatakan tidak terpisahkan karena iman tidak saja mendorong bahkan menghasilkan ilmu, tetapi juga membimbing ilmu dalam bentuk pertimbangan moral dan etis dalam penggunaannya. Meskipun demikian, ilmu berbeda dari iman karena ilmu bersandar pada observasi terhadap alam dan disusun melalui proses penalaran rasional atau berpikir, sedangkan iman bersandar pada sikap membenarkan atau mendukung pembenaran berita yang dibawa oleh para pembawa berita atau mereka yang disebut nabi yang menyampaikan berita tersebut kepada umat manusia selaku utusan (rasul) Allah. Dalam proses mengenal Tuhan, manusia hanya menerima tanda-tanda yang diberikan-Nya. Hanya saja tidak semua manusia dapat membaca tanda-tanda atau alamat yang sudah diberikan Tuhan. Manusia yang akan mampu menangkap berbagai pertanda Tuhan dalam alam raya ialah :
1)    Mereka yang berpikiran mendalam (ulu al-albab)
2)    Mereka yang memiliki kecerdasan tujuan dan mereka hidup abadi
3)    Mereka yang menyadari penciptaan alam raya sebagai manifestasi wujud transendental, dan
4)    Mereka yang berpandangan positif dan optimis terhadap alam raya, menyadari bahwa kebahagiaan dapat hilang karena pandangan negatif-pesimis terhadap alam.
Tanda-tanda Tuhan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu jagad raya, manusia, dan wahyu (Al-Qur’an dan Sunnah). Dari ketiga objek ini, kita akan melihat ilm yang berbeda-beda tetapi tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.
B.   Apa yang diajarkan Islam ke seluruh Dunia?
Islam adalah ajaran yang menyeluruh dan terpadu, ia mengatur segala aspek kehidupan manusia, baik dalam urusan-urusan keduniaan maupun yang menyangkut hal-hal keakhiratan. Pendidikan hal yang tidak terpisahkan dari ajaran islam, ia merupakan bagian terpadu dari ajaran Islam.
Islam mengajarkan umatnya di seluruh dunia untuk :
1.     Yakin dengan sebenarnya kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.
2.     Belajar terus ilmu agama dan jangan lupa zikir / ingat selalu kepada Allah.
3.     Menyayangi sesama saudara muslim dan berakhlak mulia kepada semua makhluk ciptaan Allah SWT.
4.      Ikhlas dalam berbuat sesuatu tanpa mengharap imbalan semata-mata karena Allah SWT.
5.     Berjuang membela agama dengan cara mendakwahkan agama dimanapun agan berada.
Adapun larangan yang ditujukan kepada umat muslim, yaitu :
1.     Syirik (yakin kepada selain Allah).
2.     Ingkar kepada Nabi dengan cara mendustakan sunnah-sunnahnya.
3.     Mengikuti gaya dan pola hidup  yang tidak islami dalam perbuatan sehari-hari (terikut arus modernisasi).
4.      Menghabiskan waktu dengan pekerjaan sia-sia demi kesenangan sesaat (malas sholat).

5.     Egois dan individualistis.
6.     Terlalu cinta dunia dan takut mati.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Peran Islam sebagai agama dapat dilihat dari hubungan tauhid dengan ilmu pengetahuan dan pada paradigm ilmu-ilmu islami. Dalam islam, perintah yang sangat mendasar yang terdapat dalam ajaran Islam adalah mengesakan Tuhan dan cegahan melakukan tindakan syirik. Tauhid dan syirik adalah dua sisi yang tidak dapat dipisahkan, meskipun antara yang satu dengan yang lainnya sangat berbeda. Sedangkan dalam paradigma ilmu islam, Nurcholish Madjid (1998:3-4) menjelaskan tentang hubungan organik antara iman dan ilmu dalam Islam. Menurutnya, ilmu adalah hasil pelaksanaan perintah Tuhan untuk memperhatikan dan memahami alam rayaciptaan-Nya, sebagai manifestasi atau penyingkapan tabir akan rahasia-Nya. Antara iman dan ilmu tidak terpisahkan, meskipun dapat dibedakan. Dikatakan tidak terpisahkan karena iman tidak saja mendorong bahkan menghasilkan ilmu, tetapi juga membimbing ilmu dalam bentuk pertimbangan moral dan etis dalam penggunaannya. Adapun yang di ajarkan islam kepada umatnya antara lain :
1.     Yakin dengan sebenarnya kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Maksudnya disini adalah kita mempelajari ilmu tauhid agar yakin dengan adanya Allah yang Esa
2.      Belajar ilmu agama dan zikir / ingat selalu kepada Allah. Tholabul ‘ilmi faridhotun ‘alaa kulli muslimin wal muslimat minal mahdi ilal lahdi” Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim/muslimah sejak dari ayunan hingga liang lahad. Itulah dalil kewajiban tiap manusia untuk menimba ilmu. Dari dalil di atas, dapat dimaknai bahwa ilmu itu luas, ilmu itu banyak, tiada batasnya. Tak hanya ilmu dunia juga ilmu agama. Dan tak hanya sebatas ilmu formal yang dipelajari di sekolah/ madrasah, semua aspek dalam hidup ini dapat dijadikan pembelajaran.
3.      Menyayangi sesama saudara muslim dan berakhlak mulia kepada semua makhluk ciptaan Allah SWT. Seorang penyayang bukanlah orang yang hanya sanggup menyayangi dirinya sendiri, melainkan mampu menyayangi sesama saudara muslim

DAFTAR PUSTAKA

-         Abd. Hakim Atang dan Jaih Mubarok, 1999. Metodologi Studi Islam. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.
-         Asrohah Hanun, 1992. Sejarah Pendidikan Islam Cet : 1. Logos Wacana Ilmu: Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar