Kelompok 5
Ery Kurnia
Khoeriyah
Evi Fitriawati
Wida
Fitriadiningsih
MSI
BAB II
ISLAM SEBAGAI
AGAMA
A.
Peran Agama Islam dalam Kehidupan
Membicarakan peran pada dasarnya
membicarakan fungsi atau kegunaan. Dalam kajian ilmu-ilmu sosial terdapat teori
struktural fungsional yang konsep dasarnya diperkenalkan oleh para filosof.
Emile Durkheim (1858-1917), ahli
sosiologi dari Perancis, memperkenalkan masyarakat organis. Masyarakat organis
bersifat inovatif dan kompleks. Agama, dalam pandangan Emil Durkheim, meliputi
semua kehidupan dalam masyarakat pertama, tetapi tempatnya menjadi lebih
terbatas dalam masyarakat kedua. (David E. Apter, 1988: 377)
Dalam rangka membuktikan peran agama
Islam dalam kehidupan sosial, ada dua hal penting yang akan dibahas. Pertama, hubungan
antara perintah bertauhid dan cegahan syirik dendan ilmu pengetahuan. Kedua,
paradigma ilmu islami yang kini sedang digalakkan oleh banyak cendikiawan
muslim.
1.
Hubungan
Tauhid dengan Ilmu Pengetahuan
Dari segi unsur kebudayaan, agama merupakan universal cultural,
artinya terdapat di setiap daerah kebudayaan di mana saja masyarakat dan
kebudayaan itu berada. Salah satu prinsip teori fungsional menyatakan bahwa
segala sesuatu yang tidak berfungsi akan lenyap dengan sendirinya. Dengan kata
lain, setiap kebudayaan memiliki fungsi. Konsekuensinya, setiap yang tidak
berfungsi akan hilang atau sirna. Karena sejak dulu hingga sekarang agama
dengan tangguh menyatakan eksistensinya, berarti ia mempunyai dan memerankan
sejumlah peran dan fungsi di masyarakat. (Djamari, 1993: 79)
Perintah yang sangat mendasar yang terdapat dalam ajaran Islam
adalah mengesakan Tuhan dan cegahan melakukan tindakan syirik. Tauhid dan
syirik adalah dua sisi yang tidak dapat dipisahkan, meskipun antara yang satu
dengan yang lainnya sangat berbeda. Perintah mengesakan Tuhan mengandung arti
bahwa manusia hanya boleh tunduk kepada Tuhan. Ia tidak boleh tunduk kepada
selain-Nya karena ia adalah puncak ciptaan-Nya (Nurcholis Madjid, 1998: 18).
Karena ia hanya boleh tunduk kepada Tuhan, manusia oleh Allah dijadikan sebagai
khalifah. Karena manusia adalah khalifah bumi, maka alam selain manusia
ditundukkan oleh Allah untuk manusia.
2.
Paradigma
Ilmu-ilmu Islami
Sekarang ini kita dihadapkan pada ilmu Islam dan ilmu bukan Islam
(ilmu agama dan ilmu non agama). Di Negara, perbedaan ini dapat dilihat dari
istilah teknis yang dipakai: sekolah agama adalah sekolah-sekolah yang
mengajarkan agama (istilah teknis yang dipakai adalah “madrasah”), sedangkan bagi
sekolah-sekolah yang focus kajiannya pendidikan umum, istilah teknis yang
digunakannya adalah “sekolah”. Jadi, di Indonesia antara sekolah dengan
madrasah berbeda, padahal antara madrasah (bahasa Arab) dengan sekolah (bahasa
Indonesia) hanya berbeda asal usul bahasa, yaitu satu bahasa Arab sedangkan
yang satu lagi bahasa Indonesia.
Nurcholish Madjid (1998:3-4) menjelaskan tentang hubungan organik
antara iman dan ilmu dalam Islam. Menurutnya, ilmu adalah hasil pelaksanaan
perintah Tuhan untuk memperhatikan dan memahami alam rayaciptaan-Nya, sebagai
manifestasi atau penyingkapan tabir akan rahasia-Nya. Antara iman dan ilmu
tidak terpisahkan, meskipun dapat dibedakan. Dikatakan tidak terpisahkan karena
iman tidak saja mendorong bahkan menghasilkan ilmu, tetapi juga membimbing ilmu
dalam bentuk pertimbangan moral dan etis dalam penggunaannya. Meskipun
demikian, ilmu berbeda dari iman karena ilmu bersandar pada observasi terhadap
alam dan disusun melalui proses penalaran rasional atau berpikir, sedangkan
iman bersandar pada sikap membenarkan atau mendukung pembenaran berita yang
dibawa oleh para pembawa berita atau mereka yang disebut nabi yang menyampaikan
berita tersebut kepada umat manusia selaku utusan (rasul) Allah. Dalam proses
mengenal Tuhan, manusia hanya menerima tanda-tanda yang diberikan-Nya. Hanya
saja tidak semua manusia dapat membaca tanda-tanda atau alamat yang sudah
diberikan Tuhan. Manusia yang akan mampu menangkap berbagai pertanda Tuhan
dalam alam raya ialah :
1)
Mereka
yang berpikiran mendalam (ulu al-albab)
2)
Mereka
yang memiliki kecerdasan tujuan dan mereka hidup abadi
3)
Mereka
yang menyadari penciptaan alam raya sebagai manifestasi wujud transendental,
dan
4)
Mereka
yang berpandangan positif dan optimis terhadap alam raya, menyadari bahwa
kebahagiaan dapat hilang karena pandangan negatif-pesimis terhadap alam.
Tanda-tanda Tuhan dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu jagad raya, manusia, dan wahyu (Al-Qur’an dan Sunnah). Dari
ketiga objek ini, kita akan melihat ilm yang berbeda-beda tetapi tidak dapat
dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.
B.
Apa yang diajarkan Islam ke seluruh Dunia?
Islam
adalah ajaran yang menyeluruh dan terpadu, ia mengatur segala aspek kehidupan
manusia, baik dalam urusan-urusan keduniaan maupun yang menyangkut hal-hal
keakhiratan. Pendidikan hal yang tidak terpisahkan dari ajaran islam, ia
merupakan bagian terpadu dari ajaran Islam.
Islam
mengajarkan umatnya di seluruh dunia untuk :
1.
Yakin dengan sebenarnya kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.
3.
Menyayangi sesama saudara muslim dan berakhlak mulia kepada semua
makhluk ciptaan Allah SWT.
4.
Ikhlas dalam berbuat sesuatu
tanpa mengharap imbalan semata-mata karena Allah SWT.
5.
Berjuang membela agama dengan cara mendakwahkan agama dimanapun
agan berada.
Adapun larangan yang ditujukan kepada umat muslim, yaitu :
1. Syirik (yakin
kepada selain Allah).
2. Ingkar kepada
Nabi dengan cara mendustakan sunnah-sunnahnya.
3. Mengikuti gaya
dan pola hidup yang tidak islami dalam
perbuatan
sehari-hari (terikut arus modernisasi).
4. Menghabiskan waktu dengan pekerjaan sia-sia
demi kesenangan sesaat (malas sholat).
5. Egois dan
individualistis.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Peran Islam sebagai agama dapat
dilihat dari hubungan tauhid dengan ilmu pengetahuan dan pada paradigm
ilmu-ilmu islami. Dalam islam, perintah yang sangat mendasar yang terdapat
dalam ajaran Islam adalah mengesakan Tuhan dan cegahan melakukan tindakan
syirik. Tauhid dan syirik adalah dua sisi yang tidak dapat dipisahkan, meskipun
antara yang satu dengan yang lainnya sangat berbeda. Sedangkan dalam paradigma
ilmu islam, Nurcholish Madjid (1998:3-4) menjelaskan tentang hubungan organik
antara iman dan ilmu dalam Islam. Menurutnya, ilmu adalah hasil pelaksanaan
perintah Tuhan untuk memperhatikan dan memahami alam rayaciptaan-Nya, sebagai
manifestasi atau penyingkapan tabir akan rahasia-Nya. Antara iman dan ilmu
tidak terpisahkan, meskipun dapat dibedakan. Dikatakan tidak terpisahkan karena
iman tidak saja mendorong bahkan menghasilkan ilmu, tetapi juga membimbing ilmu
dalam bentuk pertimbangan moral dan etis dalam penggunaannya. Adapun yang di
ajarkan islam kepada umatnya antara lain :
1.
Yakin dengan sebenarnya kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Maksudnya disini adalah kita mempelajari ilmu tauhid agar yakin dengan adanya
Allah yang Esa
2.
Belajar ilmu agama dan zikir
/ ingat selalu kepada Allah. Tholabul ‘ilmi
faridhotun ‘alaa kulli muslimin wal muslimat minal mahdi ilal lahdi” Menuntut
ilmu itu wajib bagi setiap muslim/muslimah sejak dari ayunan hingga liang
lahad. Itulah dalil kewajiban tiap manusia untuk menimba ilmu. Dari dalil di
atas, dapat dimaknai bahwa ilmu itu luas, ilmu itu banyak, tiada batasnya. Tak
hanya ilmu dunia juga ilmu agama. Dan tak hanya sebatas ilmu formal yang
dipelajari di sekolah/ madrasah, semua aspek dalam hidup ini dapat dijadikan
pembelajaran.
3.
Menyayangi sesama saudara
muslim dan berakhlak mulia kepada semua makhluk ciptaan Allah SWT. Seorang penyayang bukanlah orang yang hanya sanggup menyayangi
dirinya sendiri, melainkan mampu menyayangi sesama saudara muslim
DAFTAR PUSTAKA
-
Abd.
Hakim Atang dan Jaih Mubarok, 1999. Metodologi
Studi Islam. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.
-
Asrohah Hanun, 1992. Sejarah Pendidikan
Islam Cet : 1. Logos Wacana Ilmu: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar